beritasewu.com – The Revenant, disutradarai oleh Alejandro González Iñárritu, merupakan salah satu film paling mengesankan yang dirilis pada tahun 2015. Dengan sinematografi yang luar biasa, berita penampilan aktor yang tak terbantahkan, serta narasi yang mencekam, film ini menawarkan pengalaman sinematik yang jarang ditemui dalam film-film aksi bertema survival. Didasarkan pada kisah nyata Hugh Glass, seorang pemburu kulit, The Revenant tidak hanya sekadar film bertahan hidup biasa, tetapi juga sebuah meditasi filosofis tentang balas dendam, ketabahan, dan keberlangsungan hidup.
Baca Juga: Victor Osimhen: Perjalanan Karier dan Prestasi Sang Striker Nigeria
Alur Cerita
Film ini mengambil latar belakang pada tahun 1823 di wilayah perbatasan Amerika Serikat yang keras dan berbatasan dengan tanah milik bangsa asli Amerika. Hugh Glass (diperankan oleh Leonardo DiCaprio) adalah seorang pemburu kulit yang sedang dalam perjalanan dengan sebuah ekspedisi di wilayah Amerika Utara bersama kelompoknya. game Setelah diserang oleh beruang grizzly yang ganas, Glass terluka parah dan hampir mati.
Anggota kelompok ekspedisi yang dipimpin oleh Captain Andrew Henry (Tom Hardy) memutuskan untuk meninggalkan Glass, menganggapnya sudah tidak memiliki harapan hidup. Dua orang anggota, John Fitzgerald (Tom Hardy) dan Bridger (Will Poulter), ditugaskan untuk merawat Glass hingga akhirnya bertahan hidup atau menemui ajalnya.
Namun, Glass melawan maut dengan tekad yang kuat untuk kembali mencari Fitzgerald, yang telah mengkhianatinya dan meninggalkan dia mati-matian setelah serangan beruang tersebut. Jalan hidup Glass dipenuhi penderitaan teknologi luar biasa, pengkhianatan, serta kekuatan jiwa manusia untuk bertahan hidup di tengah tatanan alam yang tak bersahabat.
Baca Juga: Snapdragon 686: Prosesor Mobile Terbaru untuk Performa Optimal
Penampilan Aktor dan Karakter
The Revenant bukan hanya bergantung pada cerita yang mendalam, tetapi juga bergantung pada penampilan brilian dari aktor-aktornya. Leonardo DiCaprio berhasil mempersembahkan penampilan yang sangat fisikal dan emosional sebagai Hugh Glass. Dikenal atas kerja keras dan dedikasinya dalam memilih peran, DiCaprio memanfaatkan setiap momen dalam film ini untuk menggambarkan perjalanan ekstrem Glass. Peran ini tak hanya menampilkan perjalanan fisik tetapi juga transformasi emosional yang luar biasa, mulai dari kekecewaan terhadap pengkhianatan hingga keinginan membalas dendam yang tak terpadamkan.
Berada di dekatnya, Tom Hardy memberikan penampilan yang tidak kalah memukau. Sebagai John Fitzgerald, Hardy menggambarkan karakter yang egois dan penuh konflik dengan intensitas luar biasa. Karakternya berperan sebagai kontras utama bagi Glass, yang dalam perjuangannya untuk bertahan hidup mendapati dirinya dikhianati oleh rekan yang harusnya dipercaya.
Selain DiCaprio dan Hardy, aktor-aktor pendukung seperti Domhnall Gleeson sebagai Captain Andrew Henry dan Will Poulter sebagai Bridger turut memperkuat dinamika antar karakter dalam film. Meskipun fokus utamanya ada pada hubungan antara Glass dan Fitzgerald, ada kedalaman yang tersirat dari interaksi seluruh karakter.
Baca Juga: Metaverse: Masa Depan Dunia Digital yang Menjanjikan
Sinematografi dan Suasana Visual
Salah satu elemen yang sangat mencolok dalam The Revenant adalah sinematografi karya Emmanuel Lubezki yang memukau. Film ini diambil hampir seluruhnya dalam pencahayaan alami, sebuah keputusan yang menambahkan keaslian dan kerasnya elemen-elemen alam dalam film ini. Lubezki, yang sebelumnya memenangkan Oscar untuk karyanya di Gravity dan Birdman, sekali lagi mengukuhkan dirinya sebagai salah satu sinematografer terbaik dalam industri film.
Pencahayaan alami, dan penggunaan panjang sekali shot tanpa pemutusan atau penyuntingan yang jelas, membuat kita hampir dapat merasakan ketegangan setiap kali Glass mencoba bertahan hidup di alam liar. Salah satu momen yang paling memorable adalah penggambaran visual dari perjalanan Glass menavigasi hutan belantara, bertempur melawan cuaca yang keras, dan berjuang untuk bertahan hidup setelah serangan beruang. Sinematografi ini tak hanya menonjolkan keindahan alam, tetapi juga mengingatkan kita tentang brutalitas dan kejamnya alam terhadap manusia.
Lubezki dengan cermat membingkai adegan-adegan penuh darah dan penderitaan, yang diimbangi dengan adegan-adegan meditatif yang lambat. Ini membantu menciptakan suasana yang immersif dan meresapi, menjadikan setiap langkah yang diambil oleh Glass terasa intens dan sangat berat.
Baca Juga: ZTE Blade V40s: Smartphone Terjangkau dengan Spesifikasi Menarik
Penggunaan Alat Cerita: Kebersahajaan Alam dan Kesendirian
Salah satu tema utama yang terkandung dalam The Revenant adalah ketahanan manusia untuk bertahan hidup, serta pencarian akan balas dendam. Film ini menggunakan keheningan alam dan kesendirian Glass sebagai refleksi dalam perjuangannya untuk hidup. Kebanyakan film bertahan hidup mengandalkan dialog yang kerap hadir, namun di The Revenant, kesendirian yang dibarengi dengan lanskap yang luas namun tidak bersahabat, memaksa penonton untuk merenung lebih dalam terhadap perilaku manusia dalam menghadapi bencana.
Hugh Glass tidak memiliki banyak kata-kata dalam perjalanannya. Alih-alih fokus pada penuturan narasi, The Revenant memperkenalkan cerita melalui visualisasi, suara alam, serta suara hati Glass yang hanya disampaikan melalui ekspresi wajah dan tindakannya. Ini menyampaikan pesan yang lebih mendalam tentang hubungan manusia dengan alam dan ketidaksanggupan kita untuk bertahan di tengah kekuatan alam yang tak terduga.
Pesan tentang Balas Dendam dan Pengorbanan
Selain dari perjuangannya untuk bertahan hidup, film ini juga mengeksplorasi perjalanan emosional seorang pria yang dikhianati. Balas dendam menjadi tema sentral dalam perjalanan Glass. Pada akhirnya, film ini menyajikan refleksi mendalam tentang apakah balas dendam itu layak dan seberapa besar pengorbanan yang harus dibuat untuk sesuatu yang tidak bisa mengembalikan kehidupan yang telah hilang.
Konsep revenge dalam film ini sangat rumit, karena film ini tidak hanya menunjukkan dampak fisik dan psikologis dari balas dendam, tetapi juga menawarkan kesempatan bagi penonton untuk bertanya apakah pengorbanan yang dilakukan Glass sebanding dengan tujuannya. Dialog film ini lebih banyak digunakan untuk menambah karakteristik dramatis dan tidak pernah mengungkapkan solusinya dengan terang.
Kritik dan Kelemahan
Meskipun film ini mendapatkan banyak pujian, ada beberapa kekurangan yang harus dicatat. Banyak penonton mungkin merasa bahwa intensitas film ini terkadang terlalu berat. Momen-momen lambat dan meditatif mungkin terasa sangat mendalam bagi beberapa orang, tetapi bisa terlalu monoton untuk sebagian lainnya. Bagi mereka yang mengharapkan aksi konstan atau adegan dramatis, film ini bisa saja terasa terlalu panjang dan penuh keheningan.
Namun, bagi penonton yang terbuka pada pengalaman sinematik lebih mendalam, film ini menawarkan penghargaan bagi pengetahuan sinematografi dan narasi tentang keberlangsungan hidup manusia.