beritasewu.com – Kalau kamu suka drama sejarah yang penuh intrik, emosi, dan politik istana yang berliku, film Becoming Elizabeth bisa jadi tontonan yang pas banget. Serial ini menyuguhkan sisi lain dari sosok Ratu Elizabeth I saat masih muda. Bukan sekadar catatan sejarah kaku, film ini bikin kita merasa seolah ikut hidup di masa Tudor.
Cerita yang disajikan dalam film ini tidak hanya fokus pada kekuasaan dan tahta, tapi juga memperlihatkan sisi manusia dari seorang calon ratu. Gimana sih rasanya jadi remaja di tengah dunia yang keras, penuh tekanan, dan permainan kekuasaan? Di sinilah daya tarik Becoming Elizabeth terasa begitu kuat.
Baca Juga: Fakta Aldy Maldini dan Meet & Greet Rp500 Ribu
Sekilas Tentang Film Becoming Elizabeth
Film Becoming Elizabeth adalah drama sejarah produksi Starz yang mulai tayang pada tahun 2022. Ceritanya fokus pada Elizabeth Tudor, putri dari Raja Henry VIII dan Anne Boleyn. Kita diajak melihat kehidupannya sebelum menjadi Ratu Elizabeth I, yaitu saat dia masih remaja dan harus menghadapi berbagai konflik keluarga, politik, dan cinta.
Yang menarik dari film ini adalah pendekatannya yang lebih personal. Cerita tidak langsung melompat ke masa kejayaan Elizabeth, tapi justru menggali pergulatan batinnya di masa muda. Di sini kita bisa melihat betapa rumitnya jadi anggota kerajaan di masa Tudor, apalagi kalau kamu perempuan.
Baca Juga: Erika Carlina: Profil Singkat dan Kisah Cintanya
Pemeran dan Karakter Utama
Salah satu kekuatan dari film Becoming Elizabeth terletak pada akting para pemerannya. Alicia von Rittberg tampil sangat meyakinkan sebagai Elizabeth muda. Dia berhasil menampilkan sosok Elizabeth yang pintar, rapuh, tapi juga penuh tekad.
Karakter lain yang cukup sentral adalah Edward VI, adik Elizabeth, yang naik tahta setelah kematian ayah mereka. Lalu ada Mary Tudor, kakak tiri Elizabeth, yang nantinya menjadi Mary I. Dinamika antara ketiga saudara ini menjadi inti dari konflik cerita, karena semuanya punya klaim dan posisi masing-masing dalam struktur kekuasaan kerajaan.
Selain keluarga inti, kita juga akan diperkenalkan pada tokoh-tokoh berpengaruh seperti Catherine Parr (janda raja), Thomas Seymour yang ambisius, dan berbagai bangsawan lain yang punya agenda tersembunyi.
Baca Juga: Kerugian Richard Lee Akibat Aldy Maldini Terungkap
Plot yang Penuh Intrik dan Ketegangan
Film Becoming Elizabeth bukan film sejarah biasa. Ceritanya dipenuhi dengan intrik yang kompleks dan keputusan-keputusan politik yang bisa mengubah nasib seseorang. Setiap episode membawa kita lebih dalam ke dalam labirin kekuasaan dan pengkhianatan.
Mulai dari ancaman terhadap kehidupan Elizabeth, percintaan yang rumit, sampai pertarungan antar faksi dalam kerajaan, semuanya disajikan dengan detail dan tensi yang tinggi. Penonton jadi ikut merasa was-was, bertanya-tanya siapa yang bisa dipercaya dan siapa yang akan menusuk dari belakang.
Yang bikin menarik, meskipun latarnya adalah abad ke-16, isu yang diangkat tetap relevan. Tentang identitas, kekuasaan, gender, dan perjuangan untuk menentukan nasib sendiri.
Baca Juga: Lagu Bernadya Mirip Taylor Swift? Ini Faktanya
Kenapa Film Becoming Elizabeth Begitu Menarik?
Banyak hal yang membuat film Becoming Elizabeth begitu menonjol di antara drama sejarah lainnya. Pertama tentu saja dari sisi cerita. Serial ini berani menyuguhkan sejarah dari sudut pandang yang lebih segar dan emosional. Kita tidak hanya belajar sejarah, tapi juga diajak memahami emosi dan pilihan hidup dari tokohnya.
Kedua, dari sisi sinematografi. Visual dalam film ini sangat memukau. Kostum, pencahayaan, dan setting-nya terasa autentik, membawa kita benar-benar masuk ke masa Tudor. Warna-warna gelap, kabut, dan pencahayaan lilin memberi kesan misterius dan dramatis.
Ketiga, dari dialog. Naskahnya terasa hidup dan tidak terlalu berat. Kamu tetap bisa mengikuti ceritanya walaupun bukan penggemar sejarah. Bahasa yang digunakan cukup modern, tapi tidak meninggalkan nuansa klasik.
Nuansa Feminisme yang Kuat
Satu hal yang menonjol dari film Becoming Elizabeth adalah bagaimana film ini menyoroti perjuangan perempuan di tengah struktur patriarki yang sangat kuat. Elizabeth, meski masih muda, harus belajar mengelola kekuasaan, membangun aliansi, dan mempertahankan harga dirinya.
Hubungan antara tokoh perempuan juga cukup kompleks. Mary, misalnya, digambarkan sebagai sosok keras yang tidak mudah dipahami. Lalu ada Catherine Parr yang mencoba menjadi pelindung, tapi juga punya kepentingannya sendiri. Semua tokoh perempuan di film ini punya kekuatan dan kelemahan masing-masing, membuat mereka terasa manusiawi dan tidak hitam putih.
Lewat film Becoming Elizabeth, kita diajak untuk melihat bagaimana perempuan di masa lalu harus berjuang keras hanya untuk didengar, dihormati, dan diakui. Ini menjadi refleksi yang menarik, apalagi di zaman sekarang di mana isu kesetaraan masih terus diperjuangkan.
Bukan Sekadar Drama Kerajaan
Kalau kamu pikir film Becoming Elizabeth hanya soal politik dan kerajaan, kamu salah besar. Serial ini juga menyelipkan banyak elemen emosional dan psikologis. Misalnya, hubungan Elizabeth dengan figur ayah yang sudah meninggal tapi masih membayangi hidupnya. Atau pergulatan batinnya saat berurusan dengan cinta pertama yang ternyata punya agenda terselubung.
Di setiap episode, kamu akan melihat bagaimana Elizabeth berkembang. Dari gadis remaja yang bingung, jadi wanita muda yang mulai menyadari bahwa hidupnya tidak bisa dikendalikan oleh orang lain. Transformasi ini terasa pelan tapi nyata. Penonton diajak menyaksikan prosesnya, bukan hanya hasil akhir.
Kualitas Produksi yang Tidak Main-main
Satu hal yang tidak bisa diabaikan dari film Becoming Elizabeth adalah kualitas produksinya. Tim produksi benar-benar memperhatikan detail. Dari pemilihan lokasi, busana era Tudor yang megah, hingga penggunaan musik latar yang mendukung suasana.
Kostum dalam film ini tidak hanya dibuat cantik, tapi juga fungsional dan relevan secara historis. Begitu juga dengan tata rias dan gaya rambut. Setiap karakter punya gaya khas yang sesuai dengan status sosial dan kepribadian mereka.
Penggunaan musik pun cukup cerdas. Tidak terlalu dominan, tapi mampu membangun atmosfer yang dibutuhkan. Kadang tenang dan sendu, kadang tegang dan mengancam. Semuanya menyatu dengan pas.
Respon Penonton dan Kritikus
Secara umum, film Becoming Elizabeth mendapat sambutan yang cukup positif. Banyak yang memuji akting Alicia von Rittberg dan cara film ini membangun karakter secara perlahan tapi mendalam. Ceritanya dianggap segar karena tidak langsung fokus pada masa kejayaan Elizabeth, tapi justru pada prosesnya menjadi seorang ratu.
Namun begitu, ada juga kritik bahwa film ini terlalu lambat di beberapa bagian. Beberapa penonton berharap ada lebih banyak aksi atau konflik besar. Tapi di sisi lain, banyak juga yang justru suka dengan pendekatan yang lebih subtil dan emosional ini.
Yang jelas, film ini berhasil membuat banyak orang makin tertarik dengan sosok Elizabeth I. Bahkan ada yang akhirnya baca buku sejarah atau nonton dokumenter untuk tahu lebih banyak tentang masa Tudor.
Film Becoming Elizabeth dan Dampaknya pada Genre Sejarah
Film Becoming Elizabeth memberi warna baru dalam genre drama sejarah. Serial ini membuktikan bahwa sejarah bisa disajikan secara emosional dan relatable tanpa harus mengorbankan keakuratan. Ia menunjukkan bahwa tokoh-tokoh besar dalam sejarah juga manusia biasa, dengan segala ketakutan, cinta, dan ambisi mereka.
Kehadiran film ini membuka jalan bagi cerita-cerita lain yang berfokus pada masa muda tokoh bersejarah. Kita jadi bisa melihat sisi yang jarang dieksplorasi. Sisi pribadi yang membentuk mereka menjadi siapa yang kita kenal dalam buku sejarah